Iklan

Utang Wisata Covid-19 Masih Tertunggak

Sabtu, 10 Juli 2021 | 01:10 WIB Last Updated 2021-07-09T17:10:18Z


MEDIA SELAYAR.
Fita, seorang wanita yang disebut-sebut sebagai keponakan Gubernur Sulawesi Selatan nonaktif Nurdin Abdullah, menangis saat datang menagih utang katering dan Wisata Covid ke Pemprov Sulsel. Total tagihan katering dan hotel itu disebut total bernilai miliaran rupiah.


Pantauan awak media, Jum'at (9/7), Fita awalnya datang ke lantai 2 kantor Gubernur Sulsel bersama pengusaha katering dan hotel lainnya yang juga senasib dengannya. Saat tidak mendapatkan kejelasan kapan tagihan katering miliknya akan dibayar, Fita kemudian terlihat turun ke area lobi sambil menangis.


"Wisata Covid tidak ada yang terbayar sampai sekarang. Empat bulan," kata Fita, yang menangis saat ditemui awak media di kantor Gubernur Sulsel, Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.


Dari penjelasan Fita dan para pengusaha katering dan hotel lainnya, diketahui bahwa katering dan hotel mereka digunakan oleh Pemprov Sulsel untuk program Wisata Covid pada tahun 2020 lalu. Tapi, memasuki 2021 pembayaran mulai tersendat.


"Saya bulan Januari sampai Maret (tagihan belum dibayarkan)," kata Fita.


Akibat hal tersebut, Fita mengaku mengalami kerugian karena ada tagihan Rp 600 juta yang belum dibayarkan.


"Iya sekitar itulah (Rp 600 juta)," ucap Fita.


Saat ditanya soal penyebab dia dan para pengusaha katering dan hotel belum bisa dibayarkan, Fita tak sanggup lagi menjawab pertanyaan awak media. Dia berusaha meredakan tangisannya.


"Saya nggak bisa bicara, bicara mi," ujar Fita memberikan kesempatan kepada sejumlah rekan-rekannya untuk berbicara dengan awak media.


Sementara itu, seorang pengusaha katering lainnya, inisial L (30), mengatakan Fita yang tagihannya hingga kini belum juga dibayarkan oleh pihak Pemprov Sulsel, sebenarnya keponakan Gubernur nonaktif Nurdin Abdullah.


"Iya betul (keponakan Nurdin Abdullah) katering juga, Fita. (Fita) anaknya saudaranya dari istrinya Pak Gubernur, Ibu Lis, kemenakannya, kata L kepada awak media.


L mengatakan makanan katering miliknya yang belum dibayarkan ialah sisa pada Maret atau bulan terakhir program wisata covid. Nilainya mencapai Rp 300 juta.


"Kalau saya sendiri bulan terakhir, sekitar Rp 300 juta," katanya.


L mengatakan, detail total kerugian yang dialami oleh seluruh pengusaha katering dan hotel lebih diketahui oleh salah seorang rekannya. Namun dia menyebut berdasarkan informasi yang ia terima, total seluruh kerugian mereka berkisar Rp 11 miliar.


"Kalau nggak salah angkanya Rp 11 miliar lebih," katanya.


L mengatakan, dia dan Fita serta para pengusaha katering dan hotel lainnya telah berusaha meminta penjelasan kepada pihak Pemprov Sulsel, dalam hal ini pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel. Namun pihak BPBD disebutnya hanya menjelaskan bahwa pihak Inspektorat dan BPK akan lebih dulu melakukan audit.


"Sempat tertunda alasannya kemarin itu katanya kita ini menunggu audit, dan kita ini vendor baik dari pihak hotel, katering, kita sudah diperiksa baik dari BPK dan Inspektorat itu semua berulang-ulang kali di-review dan hasil review-nya itu ya kami dinyatakan sudah clear, sudah selesai," kata dia.


Meski hasil audit selesai, kata L, pihak Pemprov Sulsel juga tak kunjung melakukan pembayaran. Hal ini membuat mereka frustrasi.


Dari Pemprovnya sendiri kami menunggu iktikad baik hak-hak kami dibayarkan karena kami rasa semua permintaan dan semua itu kami sudah lakukan, kita sekarang sisa menunggu hak kami untuk ditunaikan, kata L.


"Jadi tuntutan kami semua dari pihak hotel, vendor, katering, sisanya ini yang kami minta karena sampai hari ini tidak ada kejelasan, kami mau mengadu ke mana karena kami kayak dipingpong-pingpong, dan kami sudah berulang kali diberikan angin segar tapi sampai hari ini yang kami dapat cuma masuk angin karena tidak ada kejelasan sama sekali," katanya lagi.


Sementara itu, Kepala BPBD Sulsel Ni'mal Lahamang saat mencoba dimintai konfirmasinya mengenai keluhan Fita dan kawan-kawan, belum memberi konfirmasi lebih lanjut. (***)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Utang Wisata Covid-19 Masih Tertunggak

Trending Now

Iklan