MEDIA SELAYAR. Tingkat intelektualitas dan moralitas pemimpin bangsa saat ini sangat jauh dibandingkan pemimpin-pemimpin pada zaman kemerdekaan.
Generasi muda Indonesia saat ini harus belajar kepada para tokoh zaman kemerdekaan dan pendiri bangsa seperti Agus Salim.
Pemimpin pada zaman kemerdekaan umumnya adalah pemikir dan penulis sehingga wajar jika akhirnya Indonesia merdeka dan mampu meletakkan fondasi yang kuat bagi keberlangsungan bangsa. Adapun pemimpin saat ini umumnya adalah politikus yang oportunis dan mendewakan uang sehingga membuat kehidupan negara makin karut-marut.
Demikian salah satu kesimpulan dari pernyataan sejarawan Taufik Abdullah, tokoh Islam Syafii Maarif, Rektor Paramadina Anies Baswedan, dan mantan menteri Emil Salim saat peluncuran buku Hadji Agus Salim berjudul Pesan-pesan Islam, Sabtu (30/7/2011), di Jakarta.
Taufik mengemukakan, pada zaman kemerdekaan, pemimpin umumnya terdiri dari para pemikir dan penulis. Sebut saja Soekarno, M Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, dan Agus Salim. Pada zaman Orde Baru, bangsa Indonesia dipimpin kaum teknokrat, seperti Widjojo Nitisastro dan Emil Salim.
Selanjutnya, pada zaman reformasi, ketika Indonesia menganut demokrasi, kepemimpinan bangsa justru dikuasai oleh politikus. Sayangnya, kata Taufik, dalam memerintah, para pemimpin tidak mengandalkan ide dan integritas, melainkan uang.
Anies menambahkan, pada zaman kemerdekaan, perdebatan antartokoh biasanya menyangkut ide tanpa dilatari kepentingan apa pun. Karena itu, tokoh-tokoh yang berbeda ide biasanya tetap berkawan dan bahkan bahu-membahu memimpin bangsa.
Lain halnya saat ini. Karena didominasi politikus, perdebatan antarelite adalah soal kepentingan. Dampaknya, para elite ribut sendiri tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat. Ke mana bangsa ini menuju pun menjadi kabur.
"Generasi muda Indonesia saat ini harus belajar kepada para tokoh zaman kemerdekaan dan pendiri bangsa seperti Agus Salim," katanya.
Syafii mengingatkan, sosok Agus Salim harus diteladani oleh kaum muda saat ini agar Indonesia bisa menuju kejayaan. Agus Salim merupakan pemikir yang selalu menggunakan rasionalitas dalam memahami sesuatu, termasuk agama Islam. Namun, pada saat bersamaan, ia juga seorang penganut Islam yang taat.
"Agus Salim mengajar Islam kepada dunia Barat dengan rasionalitas sehingga Islam bisa dipahami. Jadi, Agus Salim berperan penting dalam membangun dialog antarperadaban dan iman," kata Syafii. (*)
Bila terdapat kekeliruan dalam penulisan silahkan Kontak Redaksi kami Untuk Klarifikasi
Trending Now
-
MEDIA SELAYAR - Pelaksanaan sidang paripurna di DPRD Sulawesi Selatan dengan agenda persetujuan bersama Rancangan Peraturan Daerah (Ranperd...
-
MEDIA SELAYAR — Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bulukumba sejak Jumat malam hingga Sabtu siang (5/7/2025) memicu banjir dan longsor d...
-
MEDIA SELAYAR — Lesunya daya beli masyarakat berdampak pada melambatnya perputaran uang hingga ke daerah. Data Bank Indonesia menunjukkan ...
-
MEDIA SELAYAR — Banjir besar yang melanda Kabupaten Bantaeng sejak Sabtu (5/7/2025 ) malam, saat ini mulai surut disebagian besar wilayah, ...
-
MEDIA SELAYAR — Komisi A DPRD Kota Makassar meminta Pemerintah Kota (Pemkot) lebih memperhatikan nasib ribuan tenaga honorer, khususnya yan...