MEDIA SELAYAR. Terkait
maraknya Aksi demonstrasi yang berakhir bentrok dan pengrusakan
fasilitas umum dan kampus yang dilakukan mahasiswa berakibat fatal pada
pencitraan Makassar. Imbasnya juga kembali Mahasiswa itu sendiri.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden RI Periode 2004-2009, HM Jusuf Kalla pada launching rehabilitasi pembangunan Wisma Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jl Bonto Lempangang, Minggu (6/6).
Menurutnya, sikap temperamental dan keras memang harus ada, tapi harus bersikap intelektual. Seorang kader HMI harus seperti itu, sehingga di Wisma HMI nanti disiapkan ruangan khusus perpustakaan bagi mahasiswa.
"Banyak mahasiswa hari ini yang mau berdiskusi, tetapi tidak tahu apa yang dibilang hanya sekedar mau tampil sok pintar. Itu disebabkan referensi tak ada," tandasnya.
Pria yang sering di panggil Daeng Ucu ini, juga mengingatkan aktivis mahasiswa Islam agar toleransi dapat menjadi acuan dalam beraktivitas maupun dalam sistem pengkaderan.
“Kita menghargai perbedaan budaya sebagai simbol keragaman yang berada di bawah simbol Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada kata positif kalau kadernya tidak macca, kalau ada kader yang mau menjadi pelopor perubahan silahkan, tapi harus intelektual, mau demo silahkan asalkan tidak merusak fasilitas umum dan menggangu kenyamanan warga lain," paparnya.
Selain itu, Mantan Ketua HMI Cabang Makassar tahun 70-an ini mengkhawatirkan kondisi kader HMI hari ini, kondisi internal setiap kader maupun organisasi kini tidak kuat dan sehat, pasalnya yang merusak suasana Makassar dan memberi cap sebagai kota demo anarkis adalah mahasiswa.
"Boleh emosi, siri, tapi yang positif bukan sikap temperamental preman yang digunakan. Siri bila tidak lulus, cita-cita tidak tercapai, sebab anak Sulsel yang berkiprah ditingkat nasional cukuplah banyak. Saya khawatir apakah 30 tahun ke depan anak Sulsel masih dapat mengharumkan dan mempertahankan image yang ada sekarang," jelasnya.
Selain itu, koordinator panitia pembangunan wisma HMI dan juga Pimpinan Kolektif Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Prof Amran Razak dalam laporannya mengatakan, pertemuan tersebut adalah pertemuan yang membawa berkah yang berawal dari musibah pertikaian kepolisian dan HMI Cabang Makassar.
"Karena selama ini pembangunan Wisma yang dicanangkan pemerintah barulah bisa terlaksana, sehingga nantinya harapan masyarakat wisma tersebut dapat menjadi Sekret Islami untuk umat Islam, sebab banyak kantor dan rumah di Jalan Bonto Lempangang yang harus di-Islamkan," tuturnya.
Pertemuan itu dihadiri tokoh masyarakat dan pengurus KAHMI, seperti Alwi Hamu, Prof Halide, Asiz Kahar Muzakkar, dan beberapa tokoh lainnya dari luar Makassar.
Anggaran pembangunan Wisma HMI Cabang Makassar pada tahap pertama dengan luas 167 meter persegi menggunakan biaya sebesar Rp154.500.000. Tahap kedua yaitu pembangunan gedung perpustakaan dan ruang pertemuan dua lantai seluas 114 meter persegi dengan biaya Rp714.780.000 dan tahap ketiga pembangunan Kantor Kahmi, Badko dan Guest House setinggi 4 lantai seluas 117 meter persegi dengan biaya Rp1.519.380.000. Sehingga total anggaran pembangunan mencapai Rp2. 389.210.000. (mg16)