MEDIA SELAYAR - Kontestasi pemilihan presiden dan legislatif yang kompetitif dan kompleks dianggap membuat praktik politik uang kian rawan. Salah satu titik yang paling rawan ialah ketika hari tenang dan pencoblosan, atau sering disebut serangan fajar.
Penangkapan seorang anggota legislatif oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan uang lebih dari Rp8 miliar yang diduga akan digunakannya untuk 'serangan fajar' dalam pemilu legislatif (pileg) mendatang, disebut pengamat menunjukkan bahwa pemilu kali ini juga akan diwarnai politik uang.
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mencatat, potensi kecurangan pemilu bisa dikontribusikan oleh perilaku kompetisi yang pragmatis, di tengah suasana kompetisi yang sangat kompetitif, apalagi dalam pileg.
Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengatakan makin banyaknya partai dalam pemilu kali ini membuat kompetisi pileg "makin sengit", belum lagi calon legislatif harus berkompetisi di internal dan eksternal sehingga membuat mereka menempuh "perilaku yang penting menang, apapun caranya, karena memang kompetisinya sangat sengit."
"Maka di kampanye rapat umum yang akan berlangsung mulai 24 maret sampai 13 April. Pada masa tenang, yang akan berlangsung pada 14 april sampai 16 April, pada hari pemungutan suara, itu politik uang yang menyasar pemilih harus kita antisipasi," ujar Titi kepada BBC Indonesia.
Almas Sjafrina, peneliti dari divisi korupsi politik Indonesian Corruption Watch (ICW), menambahkan syarat ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4% membuat para calon legislatif lebih sulit memperoleh kursi di parlemen. Implikasinya, praktik politik uang yang ia sebut sebagai 'praktik jual beli suara' kian rawan.
"Salah satu titik yang paling rawan adalah ketika hari tenang, justru mereka bergerilya karena tiga hari terakhir itu lah kesempatan terakhir mereka untuk meyakinkan target pemilih. Entah itu secara langsung maupun tidak langsung," ujar Almas.
Adapun untuk mengantisipasi praktik jual beli suara, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Fritz Edward Siregar, mengatakan pihaknya akan mengintensifkan patroli pengawasan di kampung dan daerah, untuk memantau serangan fajar yang dilakukan. Seperti dikutip dari BBC.
Lalu bagaimana dengan praktek jual beli suara di daerah pemilihan Kabupaten Kepulauan Selayar ?
Sejumlah kalangan menilai bahwa praktek politik uang juga masih akan berlaku massif disejumlah daerah pemilihan khususnya diwilayah kepulauan Selayar.
Kondisi ini bukan lagi menjadi rahasia bahkan boleh disebut praktek money politik dengan nilai uang tertinggi di Indonesia ada di Kepulauan Selayar. Khususnya di wilayah-wilayah pemilihan yang jauh dari jangkauan pengawasan seperti daerah pemilihan pulau-pulau yang tersebar didaerah Kepulauan Selayar.
Terbukti dari sejumlah komentar warga dari daerah kepulauan, bahwa akhir-akhir ini mereka banyak kedatangan tamu dari para tim sukses caleg bahkan calegnya sendiri yang menawarkan nominal uang dengan barter suara.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah Politik Uang Masih Marak, Mengapa Begitu Sulit Mengungkap Pelakunya ?