Iklan

Tak Ada Daerah Zona Hijau COVID-19 di Sulsel

Media Selayar
Rabu, 08 Juli 2020 | 23:11 WIB Last Updated 2020-07-08T15:12:38Z
Tak Ada Daerah Zona Hijau COVID-19 di Sulsel


MEDIA SELAYAR. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri RI), Tito Karnavian memperlihatkan data terkait zona risiko kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Dalam data per (5/7) yang diambil dari website www.data.covid19.go.id, dari 24 kabupaten/kota di Sulsel tidak ada satupun yang hijau.

Dimana, zona risiko terbagi atas zona merah atau risiko tinggi, zona orange atau risiko sedang, zona kuning atau risiko rendah dan zona hijau. Di Sulsel ada delapan risiko rendah, 12 risiko sedang dan 4 risiko tinggi.

Empat daerah dengan risiko tinggi yakni Makassar, Gowa, Parepare dan Soppeng.

Berbeda dengan data yang dirilis tim peneliti Gugus Tugas Covid-19 Sulsel. Dimana zonasi di 24 kabupaten/kota di Sulsel berdasarkan tiga komponen, epidemologi, surveilans dan kesiapan sistem layanan kesehatan.

"Dari komponen tersebut memiliki beberapa indikator, dimana bila diinterpretasikan ada empat zona," ujarnya.

Zona hijau interpretasinya 16-20 risiko rendah sekali yang masuk Bantaeng, Barru, Palopo, Tana Toraja, Toraja Utara dan Wajo. Zona kuning interpretasinya 11-15 risiko rendah yang masuk Bone, Luwu Utara, Selayar dan Soppeng.

Lalu Zona Orange interpretasinya 6-10 risiko sedang yang masuk Enrekang, Jeneponto, Luwu, Pangkep, Pinrang, Sidrap dan Sinjai. Dan Zona Merah dengan interpretasi 0-5 resiko tinggi Bulukumba, Gowa, Luwu Timur, Makassar, Maros, Parepare dan Takalar.

Terkait data yang berbeda tersebut, Ridwan merespon singkat.

"Perbedaan ini disebabkan, indikator yang sedikit berbeda. Foto itu menggunakan 15 indikator gugus nasional. Kami memakai indikator Bappenas ditambah kondisi sistem surveilans dan kewaspadaan dini," ujarnya.

*Massifkan Edukasi di RT/RW

Menurut mantan Kapolri itu, masyarakat diwajibkan untuk mendukung seluruh program pemerintah daerah terutama Perwali Percepatan Pengendalian Covid-19 untuk merubah image Kota Makassar sebagai episentrum Covid-19 di Sulsel.

"Bisa saja ada daerah lain mungkin lebih rendah dari Kota Makassar atau Sulsel. Tetapi sebenarnya daerah itu tinggi dari Makassar karena testingnya tidak massif dilakukan, itu malah lebih berbahya," kata Tito.

Ia menjelaskan, apa yang dilakukan Pemprov Sulsel dan Pemkot Makassar dalam proaktif testing Covid-19 akan membuat angka pendemi semakin meningkat. Meski demikian, hal tesebut ia nilai sebagai aksi positif. Mengingat, masyarakat yang terpapar atau tidak bisa terdeteksi.

"Kalau kita bisa mengetahui siapa yang positif dan siapa yang negatif, kita pasti tanggap untuk memisahkan yang positif langsung dikarantina supaya tidak menularkan yang lain, dibandikan kita tidak tahu sama sekali," jelasnya.

Tito juga membeberjakan teori penelitian di China dalam melawan Covid-19. Dalam buku tersebut, yang telah dibagikan ke seluruh pimpinan daerah, penyebab utama Covid-19 sulit dibasmi karena masyarakat tidak disiplin dalam menjaga aturan Social Distancing, Physical Proximity (kedekatan fisik), dan penggunaan objek di tempat umum.

"Sering kali kita lalai dengan hal sederhana, seperti penggunaan sendok, garpu, tas, dan macam-macam. Hal ini saya minta untuk disosialisasikan, baik menggunakan struktur formal, sampai setingkat RT/RW. Dan buat program seperti Makassar Bebas Corona," pungkasnya. (*)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tak Ada Daerah Zona Hijau COVID-19 di Sulsel

Trending Now

Iklan