MEDIA SELAYAR. Salah satu obyek wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Selayar adalah Gong Nekara seperti gambar diatas, termasuk tulisan dan artikel yang kemudian menjadi reperensi bahwa obyek Gong Nekara hanya ada 2 di dunia yakni di Matalalang Selayar dan satunya lagi ada dinegeri Cina.
Sebuah gong nekara atau disebut the bronzen drum yang diyakini merupakan gong terbesar dan tertua di dunia, peninggalan China yang berada di daratan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan dengan perkiraan umur sekitar 2.000 tahun silam.
Gong Nekara ini diyakini memiliki kekuatan gaib dan keramat.
Cerita Toa (65), seorang penjaga gong di Matalalang mengisahkan kalau Gong Nekara di Matalalang adalah peninggalan kebudayaan zaman perunggu.
Cerita Toa (65), seorang penjaga gong di Matalalang mengisahkan kalau Gong Nekara di Matalalang adalah peninggalan kebudayaan zaman perunggu.
Berawal dari seorang warga China yang sedang berlayar di sekitar perairan Kepulauan Selayar. Entah mengapa kapal yang berasal dari Dong Son itu lalu terdampar.
“Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa kapal China bisa terdampar,” ujarnya.
Dari cerita nenek moyang dahulu, gong nekara ini memiliki tiga fungsi pada masa kerajaan Putabangun. Yakni fungsi keagamaan, sosial budaya dan politik.
Dari cerita nenek moyang dahulu, gong nekara ini memiliki tiga fungsi pada masa kerajaan Putabangun. Yakni fungsi keagamaan, sosial budaya dan politik.
Ditemukan pertama kali oleh salah seorang penggarap kebun bernama Pao pada tahun 1969 silam.
Menurut kisahnya, Gong Nekara ditemukan saat sedang menggali tanah dengan kedalaman 2-3 meter di Papam Laheo, Lingkungan Bontosaile.
“Ketika itu Pao hendak menanam kelapa, namun setelah galiannya mencapai 2 meter, linggis yang digunakan Pao mengenai sebagian badan gong hingga berbunyi,” ungkap Toa sembari membersihkan debu yang menempel di gong nekara itu.
Para ahli sejarah menafsirkan, gong nekara itu merupakan peninggalan zaman perunggu.
Para ahli sejarah menafsirkan, gong nekara itu merupakan peninggalan zaman perunggu.
Kesimpulan ini diambil, setelah para sejarawan melakukan penelitian dan menemukan gong tersebut terbuat dari perunggu yang bentuknya menyerupai dandan terbalik, dengan luas lingkaran permukaan sebesar 396 cm persegi, luas lingkaran pinggang 340 cm persegi, dan tinggi 95 cm persegi.
Keunikan yang dimiliki gong yang dikenal sakral ini adalah adanya gambar bermotif flora dan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon sirih 11 buah dan ikan 18 ekor.
Keunikan yang dimiliki gong yang dikenal sakral ini adalah adanya gambar bermotif flora dan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon sirih 11 buah dan ikan 18 ekor.
Sementara dipermukaan gong bagian atas terdapat 4 ekor arca berbentuk kodok dengan panjang 20 cm dan di samping terdapat 4 daun telinga yang berfungsi sebagian pegangan.
Pada bidang pukul terdapat hiasan geometris, demikian pula pada bagian tengah gong terdapat garis pola bintang berbentuk 16.
Pada bidang pukul terdapat hiasan geometris, demikian pula pada bagian tengah gong terdapat garis pola bintang berbentuk 16.
Nekara secara vertikal terdiri atas susunan kaki berbentuk bundar seperti silinder, badan dan bahu berbentuk cembung.
Keberadaan gong nekara yang memiliki nilai seni tinggi ini sempat mendorong oknum tak bertanggung jawab mencuri salah satu arca kodok.
Keberadaan gong nekara yang memiliki nilai seni tinggi ini sempat mendorong oknum tak bertanggung jawab mencuri salah satu arca kodok.
Namun setelah sekian tahun dicari, akhirnya arca kodok tersebut berhasil ditemukan di Jakarta.
Akibat kejadian itu, pemerintah provinsi berinisatif membuatkan rumah sebagai pelindung.
Kisah lain Dari Gong Nekara Asal Cina Di Selayar
Gong Nekara atau disebut juga “Gong Besar” oleh penduduk Selayar adalah Nekara yang terbuat dari perunggu dan merupakan gong terbesar didunia.
Kisah lain Dari Gong Nekara Asal Cina Di Selayar
Gong Nekara atau disebut juga “Gong Besar” oleh penduduk Selayar adalah Nekara yang terbuat dari perunggu dan merupakan gong terbesar didunia.
Menurut para pakar, hanya ada dua didunia, yaitu satu di Vietnam dan satu lagi di Selayar.
Saat ini Nekara tersebut ditempatkan di kampung Matalalang, Desa Bontobangun, kecamatan Bontoharu kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Diletakkan ditempatkan disuatu ruangan sempit, ditengah tengah bangunan semacam pendopo.
Diletakkan ditempatkan disuatu ruangan sempit, ditengah tengah bangunan semacam pendopo.
Tempatnya terkunci dan untuk melihatnya harus meminta izin dibukakan oleh penjaganya yang tinggal disamping pendopo tersebut.
Menurut keterangan tulisan dibagian depan bangunan, Nekara ini pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Sabura, seorang penggarap tanah kerajaan Putabangun pada tahun 1686.
Menurut keterangan tulisan dibagian depan bangunan, Nekara ini pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Sabura, seorang penggarap tanah kerajaan Putabangun pada tahun 1686.
Sejak itu Nekara menjadi benda pusaka kerajaan Putabangun sampaiu tahun 1760.
Ketika kerajaan Putabangun runtuh, Nekara diambil oleh kerajaan Bontobangun dan dipindahkan ke ibukota kerajaan di Matalalang dan Nekara ditempatkan disitu sampai sekarang.
Nekara ini bentuknya seperti alat musik gendang. Terdapat 3 arca kodok dibagian tepinya.
Nekara ini bentuknya seperti alat musik gendang. Terdapat 3 arca kodok dibagian tepinya.
Menurut sejarahnya dulu ada 4 arca kodok, namun satu arca copot saat penggalian dan pengangkatan.
Pada bidang pukul, terdapat hiasan bintang 16, arca kodoknya panjang 20 cm dengan garis garis menyembul dibadannya.
Nekara ini juga dilengkapi dengan 4 buah telinga yang berfungsi sebagai pegangan.
Pada bagian bawahnya, terdapat hiasan pola geometris, kotak, spiral, gambar pohon berdaun dan tidak berdaun, serta gambar binatang gajah (besar dan kecil) sebanyak enam buah.
Pada bagian bawahnya, terdapat hiasan pola geometris, kotak, spiral, gambar pohon berdaun dan tidak berdaun, serta gambar binatang gajah (besar dan kecil) sebanyak enam buah.
Juga terdapat lubang lubang kecil pada bagian atasnya, yang menurut informan, dulunya merupakan tempat menempelnya permata dan batu mulia lainnya. Entah benar atau salah.
Seluruh kisah dan keberadaan benda kuno diatas menjadi sebuah hal yang sampai saat ini masih mutlak bagi seluruh ahli yang pernah mempelajarinya. (*).
Seluruh kisah dan keberadaan benda kuno diatas menjadi sebuah hal yang sampai saat ini masih mutlak bagi seluruh ahli yang pernah mempelajarinya. (*).