Partai Golkar

Media Selayar
Minggu, 06 Juni 2010 | 01:26 WIB Last Updated 2025-08-04T08:04:21Z
Partai Golkar

MEDIA SELAYAR
– Partai Golongan Karya atau yang lebih dikenal sebagai Partai Golkar, merupakan salah satu aktor politik paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. 

Lahir di tengah ketegangan politik era Presiden Soekarno dan berkembang pesat di bawah bayang-bayang militer, Golkar menjadi pemenang mutlak dalam setiap pemilu era Orde Baru hingga akhirnya harus beradaptasi di era reformasi yang lebih kompetitif dan demokratis.

Lahir dari Ketegangan Ideologi

Akar Partai Golkar bermula dari pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada 20 Oktober 1964. Dibentuk oleh militer, khususnya Angkatan Darat, Sekber Golkar bertujuan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi massa pendukungnya, yang saat itu sangat mendominasi panggung politik nasional.

Organisasi ini tumbuh pesat. Dari 61 organisasi fungsional pada awalnya, Sekber Golkar berkembang hingga mencakup 291 organisasi. Semuanya disatukan oleh satu visi: menegakkan Pancasila dan UUD 1945, serta menjaga stabilitas politik dari rongrongan komunisme.

Organisasi-organisasi tersebut kemudian dikelompokkan dalam tujuh Kelompok Induk Organisasi (KINO), antara lain KOSGORO, SOKSI, dan MKGR. Ketujuh KINO inilah yang menjadi tulang punggung Golkar.

Naik ke Puncak Kekuasaan

Momentum penting terjadi ketika Golkar memutuskan ikut serta dalam Pemilu 1971, pemilu pertama di era pemerintahan Presiden Soeharto. Dengan nama dan lambang resmi “Golongan Karya”, mereka tampil sebagai pemenang dan menguasai DPR.

Selanjutnya, Golkar konsisten mendominasi pemilu-pemilu Orde Baru: 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997. Keberhasilan ini bukan hanya karena kekuatan politik semata, tapi juga disokong oleh kebijakan negara yang berpihak pada Golkar—termasuk kebijakan monoloyalitas PNS, yang mengharuskan pegawai negeri untuk mendukung Golkar.

Puncaknya, pada Pemilu 1997, Golkar meraih suara 70,2%—kemenangan telak yang menunjukkan betapa kuatnya dominasi partai ini di era Orde Baru.

Menguji Daya Tahan di Era Reformasi

Reformasi 1998 menjadi titik balik. Soeharto mundur, dan sistem politik berubah. Golkar tidak lagi mendapat perlindungan kekuasaan. Untuk pertama kalinya, mereka harus bersaing secara terbuka dan demokratis.

Hasilnya? Dalam Pemilu 1999, Golkar harus puas di posisi kedua dengan 22,44% suara, di bawah PDI Perjuangan. Ini merupakan penurunan drastis dari capaian sebelumnya.

Namun, Golkar membuktikan bahwa mereka bukan hanya partai mesin kekuasaan. Dalam Pemilu 2004, mereka bangkit dan menjadi pemenang dengan 21,58% suara, setara 24,48 juta suara sah. Walaupun secara persentase sedikit turun dibandingkan 1999, secara jumlah suara terjadi peningkatan signifikan.

Dinamika Kepemimpinan dan Politik Terkini

Kepemimpinan Partai Golkar turut mengalami dinamika seiring waktu. Jusuf Kalla, yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden, pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Sebelumnya, posisi ini dipegang oleh Akbar Tandjung, politisi senior yang dikenal sejak era Orde Baru.

Golkar hari ini masih menjadi kekuatan penting dalam kancah politik nasional, meskipun harus berbagi panggung dengan partai-partai baru yang lahir dari semangat reformasi.

Catatan Akhir

Partai Golkar adalah cermin dari sejarah politik Indonesia: dari bayang-bayang militer, menjadi penguasa tunggal Orde Baru, hingga kini menjadi salah satu pilar demokrasi multipartai. Perjalanannya menunjukkan betapa dinamisnya politik Indonesia—di mana adaptasi, konsolidasi, dan strategi adalah kunci bertahan dalam perubahan zaman. (*). 

Artikel ini telah diperbaharui Redaksi Media Selayar 2015. Untuk update informasi terbaru silahkan buka Portal Resmi Berita MEDIA SELAYAR
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Partai Golkar

Trending Now

Iklan