Ribuan Nelayan Takabonerate Belum Rasakan Harga BBM Subsidi

Media Selayar
Rabu, 17 September 2025 | 13:42 WIB Last Updated 2025-09-17T05:51:51Z

Ribuan Nelayan Takabonerate Belum Rasakan Harga BBM Subsidi

MEDIA SELAYAR
- Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar di wilayah Kepulauan Selayar hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda terurus dengan baik. Keluhan demi keluhan yang disuarakan bertahun-tahun, baik itu disuarakan melalui media sosial maupun disuarakan langsung oleh masyarakat pulau ke pemerintah terkesan tak terdengar.

Ironisnya karena kondisi ini telah lama diketahui oleh semua kalangan ditingkat atas. Namun semua keluhan hanya sebatas wacana dan belum ada tindakan nyata untuk normalisasi harga kebutuhan dasar masyarakat Kepulauan Selayar. 

Terbukti hingga saat ini harga eceran solar perliter diwilayah kepulauan masih mahal hingga 100 persen lebih mahal dari harga subsidi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Seperti di Pulau Tarupa, Pulau Rajuni, Pulau Jinato, Pulau Tambuna, Pulau Pasitallu Timur, dan Pulau Kayuadi harga masih bervariasi dari harga 11 ribu hingga 14 ribu rupiah per liter. 

" Harganya 12 ribu tidak pernah berubah dan sering kehabisan stok. Apalagi kalau cuaca tidak bersahabat maka pastikan saja solar kebutuhan melaut kerap kosong dipulau ini, dan saya kira sama kondisi dipulau lainnya," jelas M. Ilyas, salah seorang pemerhati nelayan di Takabonerate. Rabu (17/9/2025).

Informasi yang berhasil dikumpulkan Media Selayar menyebut bahwa pasokan bbm di semua pulau dalam Kawasan Nasional Takabonerate sebagian besar dibawa oleh para pedagang pembeli ikan dari Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Sinjai. 

Sementara kuota dari Selayar sendiri boleh dibilang tidak ada. Kalaupun ada dibawa oleh pedagang pengecer jumlahnya hanya sedikit dan sangat minim.

Perlu diketahui bahwa kebutuhan bbm jenis solar  yang digunakan nelayan bisa mencapai ribuan liter. Belum lagi kebutuhan penerangan listrik disemua desa pulau  

Harga solar disetiap pulau dalam kawasan Takabonerate bervariasi, mulai dari 12 ribu sampai 15 ribu perliter. Untung kalau tersedia, kalau sudah cuaca buruk maka ketersediannya juga sangat terbatas.

Mahalnya harga bahan bakar kebutuhan nelayan diwilayah ini sangat berpengaruh pada pendapatan nelayan. Apalagi jika hasil tangkapan kurang dan harga ikan murah maka alamat utang akan bertambah.

" Modal saya melaut sebagai pemancing ikan hidup antara 300 sampai 500 ribu per sekali melaut Pak. Solar saya ambil 10 sampai 15 liter, kemudian rokok dan ransum serta perlengkapan melaut lainnya. Kadang hasilnya hanya untuk tutup ongkos dan ada sedikit untuk dapur keluarga. Itupun kami kadang bermalam dilaut sampai 2 malam mencari ikan, jelas Ruslan, nelayan Jinato.

Lain lagi dengan nelayan bagang yang mengaku sering mengalami kerugian akibat tingginya harga bahan bakar dan perongkosan sekali melaut. Rata-rata mereka butuh solar 30 hingga 60 liter sekali keluar. Tambah bahan-bahan lainnya bisa sampai 1 juta lebih. Jika hasil kurang karena banyak nelayan luar ikut mengolah maka alamat rugi terus mengancam. 

Ribuan nelayan yang mendiami pulau-pulau dalam Kawasan Nasional Takabonerate mengaku telah biasa dengan kondisi bahan bakar mahal dan sering langka. 

Mereka juga mengaku kerap geli saat menonton televisi dan membaca media tentang pidato-pidato bahan bakar murah bagi rakyat Indonesia. Karena sampai tahun 2025 ini mereka belum pernah merasakan murahnya harga bahan bakar subsidi dari Pemerintah. 

Bukan hanya bahan bakar tapi kebutuhan listrik dan sembilan bahan pokok lainnya juga masih lebih mahal dibanding daerah lainnya di Kabupaten Kepulauan Selayar. Karena sebagian besar bahan pokok mereka dipasok dari luar Kabupaten Kepulauan Selayar.

Diantara para Pemerhati Takabonerate menyebut bahwa nama Takabonerate mendunia dan sering kita dinikmati diiklan pariwisata yang dibiayai pemerintah serta Iklan kesuksesan konservasi alam yang juga dibiayai negara. Berbanding terbalik dengan faktanya, kalau sampai saat ini ribuan masyarakat nelayan yang mendiaminya sebagian besar hidup dalam kemiskinan. 

" Kami seolah hanya jadi penonton di Takabonerate kami, tapi kami bangga karena tanah kelahiran kami telah menjadi tempat kerja mencari hidup orang banyak," ujar salah seorang nelayan. (R).

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ribuan Nelayan Takabonerate Belum Rasakan Harga BBM Subsidi

Trending Now

Iklan