Iklan

Dilema #DirumahSaja dan Tekanan Cicilan Utang

Media Selayar
Selasa, 12 Mei 2020 | 21:27 WIB Last Updated 2020-05-12T14:29:00Z
Dilema #DirumahSaja dan Tekanan Cicilan Utang
Gambar Illustrasi
MEDIA SELAYAR. Serangan Pandemi COVID-19 yang terjadi telah merubuhkan sendi ekonomi masyarakat dunia dan terkhusus masyarakat Indonesia. Mungkin tidak begitu terasa oleh pegawai negeri dengan gaji yang cukup atau masyarakat yang garis ekonominya menengah ke atas. Namun bagi mereka yang ke bawah pasti sangat terasa dengan terpaan pandemi ini.

Persoalan cicilan misalnya yang menjadi bahan olok-olok di media sosial saat virus corona merebak. Ada bertaburan foto maupun meme menyinggung realitas sosial tersebut.

Hari-hari ini sebagian besar masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah. Perusahaan atau instansi tempatnya bekerja memang menyarankan work from home untuk menekan penyebaran virus corona.

Mobilitas masyarakat pun berkurang. Namun, upaya isolasi dari virus corona ini menjadi dilema bagi sebagian orang, terutama mereka yang bekerja di sektor non-formal. Diantaranya sopir, tukan kayu dan batu, kuli dan buruh pelabuhan.

Tidak terkecuali nelayan dan petani serta driver ojek dan abang becak. begitu juga dengan pedagang pasar, pengelola warung makan, dan pertokoan serta usaha lainnya.

Ada beberapa cerita yang berhasil direkam oleh Pewarta diantaranya dibawah ini dalam transkrip ke tulisan,

" Saya tidak ada masalah kalau libur, tapi keluarga yang saya bina baru setahun jagung ini, ditengah Istri saya hamil dan saya butuh biaya hidup serta persiapan melahirkan istri saya, ditambah utang cicilan motor dipembiayaan di Benteng Selayar, saya semakin bingung dan takut ada masalah, kata Pak Takwa droiver travel dan taksi berbagi cerita. 

Lain lagi dengan Pak Camundu (nama disamarkan), nelayan asal Kepulauan Selayar, " Saya tidak masalah, banyak atau sedikit saya dapat, saya syukur, tapi kalau seperti ini keadaannya, tidak ada yang mau beli ikan karena pembeli dilarang parkir dipulau, sementara cicilan usaha modal saya terus menagih, ditambah bpjs juga sms terus dan mengancam di denda, saya mau apa Pak, jawabnya kepada Pewarta. 

Lain lagi dengan Pak Andi Bahtiar, salah seorang pengusaha jasa angkutan penumpang yang mengaku telah mendapat keringanan dari pembiayaan mobilnya, tapi terbebani dengan biaya listrik rumah kontarakannya yang nyaris diputus pihak pengelola listrik karena tidak bayar. 

Untung ada teman yang mau minjamkan uangnya menebus tunggakan dan selamatlah listriknya. Ternyata teman tersebut juga kredit di salah satu kredit simpan pinjam di Selayar. Ujungnya ya, surat tagihan lari ke saya juga jelas Bahtiar. 

Ayah satu orang anak itu mengatakan tidak khawatir untuk biaya makan selama dua pekan ke depan. Dia dan keluarganya bisa menggunakan tabungannya. Akan tetapi uang itu tidak cukup jika untuk membayar kontrakan rumah dan cicilan koperasinya, sementara pekerjaannya sudah tidak menjanjikan mendapat penumpang selama corona.

Ia juga resah penumpang yang diantarkannya mentransmisikan virus pada dirinya. “Cuma mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan meski sekarang penumpang juga sepi,” keluhnya.

Cerita diatas hanya segelintir dari berbagai persoalan terkait keberlanjutan kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Banyak warga lain yang masih beraktivitas seperti biasa, meskipun Pemerintah telah mengimbau agar masyarakat belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah. Kondisi dilema antara hidup dan beban hidup yang tetap harus bekerja. “Banyak cicilan, lebih seram dari corona,” mungkin ini yang berlaku.

Bagi mereka ini, debet collector yang menagih utang-utangnya lebih membuat merinding. Mengingat cicilan yang harus dibayar setiap bulan, mau tak mau harus tetap bekerja.

Kendati Presiden telah berpidato untuk memberi stimulus dan keringanan bagi masyarakat dengan kebijakan meringankan cicilan, mulai dari listrik, angsuran kredit bank, kredit kendaraan dan sebagainya demi masyarakat, namun masih ada yang belum menikmati keringanan tersebut.

Masyarakat tentu sangat berharap agar ada ketegasan dalam menerapkan kebijakan tersebut dari pusat hingga daerah. 

Kendati tidak bersuara, namun permintaan itu pasti ada, meminta semua kewajiban cicilan ditunda. Pemerintah harus memberikan pengertian pada pihak perbankan maupun lembaga keuangan untuk menghentikan sementara penagihan selama masa pandemi COVID-19. .

Mungkin tulisan ini singkat namun diyakini bisa mewakili banyak masyarakat Selayar yang sama kondisinya saat ini. Mereka berharap Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, bisa mengambil upaya kebijakan dalam membantu ribuan warganya yang terlilit utang di bank, kredit kendaraan dan listrik, bpjs, kredit di lembaga keuangan lainnya.

Mungkinkah ada yang tergerak dan mencarikan solusi buat mereka ini ? Entahlah. 


Penulis : Andi Bahtiar. (Pemerhati Sosial Dan Anggota IJAS)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dilema #DirumahSaja dan Tekanan Cicilan Utang

Trending Now

Iklan