Menurut para ahli, hal ini disebabkan karena banyaknya aktivitas yang menjadi penyebab polusi dunia tidak berjalan. Diantaranya sejumlah industri tidak beroperasi dan kendaraan yang lalu lalang setiap harinya berkurang.
Hal yang sama dikatakan oleh sebagian warga Kabupaten Kepulauan Selayar. Diantaranya Pak Isra, warga benteng Selayar menceritakan pengalamannya, saat ke pingir pantai taman pusaka, pagi tadi, Selasa (21/4), Ia mengatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini, Ia setiap ke pantai khususnya jika pagi hari di taman pusaka benteng, Ia melihat perubahan sangat jelas dan besar gunung Lompobattang, dimana batas pandangnya sebelumnya tidak terlalu jelas dan tidak kebiruan, sekarang semakin besar dan lebar, lama kelihatan hingga agak siangan dan sangat kentara kebiruan. Indah sekali tutur Pak Isra.
Sementara itu dari kutipan lainnya menyebut kalau pandemi virus corona memang banyak mengakibatkan dampak negatif, akan tetapi di sisi lain juga ada sisi positif bagi alam. Setelah kadar polusi menurun, ilmuwan mengamati bahwa Bumi menjadi lebih sunyi di tengah wabah COVID-19.
Sekitar 4 miliar orang, separuh dari populasi dunia, mengisolasi diri untuk memutus penularan virus corona. Aktivitas manusia pun berkurang drastis dan menjadikan getaran Planet Bumi berkurang.
Dikutip detikINET dari CBS, periset yang memantau pergerakan Bumi menyebut bahwa disetopnya sistem transportasi, bisnis dan kegiatan manusia lain berkolerasi dengan getaran Bumi lebih rendah dari biasanya.
Penurunan kebisingan seismik ini, yaitu getaran di kerak Bumi, memunculkan peluang langka bagi ilmuwan untuk memonitor gempa Bumi kecil, aktivitas vulkanis serta tremor halus lain yang biasanya tenggelam karena pergerakan sehari-hari begitu banyak manusia.
Getaran lebih sunyi tersebut diobservasi oleh Thomas Lecocq, seismologi Belgia di Royal Observatory of Belgium dan dipublikasikan di jurnal Nature. Menurutnya, penurunan kebisingan semacam itu biasanya hanya terjadi sebentar di sekitar perayaan agama.
Di Belgia, getaran Bumi yang disebabkan aktivitas manusia merosot sekitar sepertiga semenjak isolasi terkait COVID-19 diberlakukan pemerintah. Penurunan kebisingan berhubungan langsung dengan penutupan sekolah, restoran, ruang publik serta larangan bepergian.'
Kegiatan manusia dalam lingkup kecil semacam kemacetan atau konstruksi bangunan memang hanya menyebabkan pergerakan kecil di kerak Bumi. Akan tetapi secara bersama-sama, hal itu mengakibatkan jumlah besar kebisingan yang membuat ilmuwan kesulitan mendeteksi peristiwa alam di frekuensi yang sama.
Sejak karantina diberlakukan, seismometer permukaan di Belgia menjadi lebih sensitif mengukur aktivitas seismik yang biasanya tidak dapat dipantau. Pengukuran gempa bumi kecil atau ombak di lautan menjadi lebih akurat. "Sungguh sangat sunyi di Belgium," kata Lecocq.
Pernyataan sama dibenarkan oleh ahli di berbagai negara. Periset di Selandia Baru, Skotlandia, Perancis dan Inggris melaporkan hal yang sama semenjak isolasi digelar, yaitu Planet Bumi menjadi lebih sunyi.(***)
Sekitar 4 miliar orang, separuh dari populasi dunia, mengisolasi diri untuk memutus penularan virus corona. Aktivitas manusia pun berkurang drastis dan menjadikan getaran Planet Bumi berkurang.
Dikutip detikINET dari CBS, periset yang memantau pergerakan Bumi menyebut bahwa disetopnya sistem transportasi, bisnis dan kegiatan manusia lain berkolerasi dengan getaran Bumi lebih rendah dari biasanya.
Penurunan kebisingan seismik ini, yaitu getaran di kerak Bumi, memunculkan peluang langka bagi ilmuwan untuk memonitor gempa Bumi kecil, aktivitas vulkanis serta tremor halus lain yang biasanya tenggelam karena pergerakan sehari-hari begitu banyak manusia.
Getaran lebih sunyi tersebut diobservasi oleh Thomas Lecocq, seismologi Belgia di Royal Observatory of Belgium dan dipublikasikan di jurnal Nature. Menurutnya, penurunan kebisingan semacam itu biasanya hanya terjadi sebentar di sekitar perayaan agama.
Di Belgia, getaran Bumi yang disebabkan aktivitas manusia merosot sekitar sepertiga semenjak isolasi terkait COVID-19 diberlakukan pemerintah. Penurunan kebisingan berhubungan langsung dengan penutupan sekolah, restoran, ruang publik serta larangan bepergian.'
Kegiatan manusia dalam lingkup kecil semacam kemacetan atau konstruksi bangunan memang hanya menyebabkan pergerakan kecil di kerak Bumi. Akan tetapi secara bersama-sama, hal itu mengakibatkan jumlah besar kebisingan yang membuat ilmuwan kesulitan mendeteksi peristiwa alam di frekuensi yang sama.
Sejak karantina diberlakukan, seismometer permukaan di Belgia menjadi lebih sensitif mengukur aktivitas seismik yang biasanya tidak dapat dipantau. Pengukuran gempa bumi kecil atau ombak di lautan menjadi lebih akurat. "Sungguh sangat sunyi di Belgium," kata Lecocq.
Pernyataan sama dibenarkan oleh ahli di berbagai negara. Periset di Selandia Baru, Skotlandia, Perancis dan Inggris melaporkan hal yang sama semenjak isolasi digelar, yaitu Planet Bumi menjadi lebih sunyi.(***)