Iklan

Mappinawang, Berteman Dengan Rakyat Lemah

Media Selayar
Sabtu, 16 Juni 2012 | 15:44 WIB Last Updated 2022-04-15T06:33:19Z
MEDIA SELAYAR. Kemampuan merasakan penderitaan kaum terpinggirkan menjadi penyemangat putra kelahiran Selayar ini untuk tetap bisa beraktifitas. Tekanan yang datang dari berbagai arah, tidak pernah mampu menaklukkan pendiriannya yang kokoh. Berbuat dan berbicara apa adanya, menjadi modal utama sehingga tiada seorang pun yang mampu mendiktenya.

Mappinawang, sebuah nama yang sangat kental unsur kedaerahannya. Kiprah paling menonjol yang sempat muncul ke permukaan, hingga di tingkat nasional, adalah kekokohannya memimpin Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sulawesi Selatan pada saat pemilihan gubernur Sulawesi Selatan, yang sempat kisruh beberapa bulan yang lalu.

Kalem dan menyeramkan, itulah kesan awal yang kami tangkap dari sosok Mappinawang, saat menemui beliau di rumah kediamannya di bilangan Gowa Sulawesi Selatan. Postur tubuhnya yang tinggi besar, dikombinasikan dengan potongan kumis yang terpelihara rapi, secara pisik mampu meredam nyali untuk berhadapan dengannya. Padahal dia adalah sosok yang sudah lama berbaur dengan masyarakat bawah, masyarakat yang tertindas secara ekonomi dan kebijakan yang berhubungan dengannya. Lewat Lembaga Bantuan Hukum Ujung Pandang, dia telah lama mengadakan pemberdayaan masyarakat lemah dalam mempertahankan hak-hak mereka. "Kami hanya mendampingi dan sekaligus memberdayakan mereka", ujarnya tatkala kami menanyakan jenis aktivitasnya di LBH yang pernah lama dipimpinnya itu.

Perjalanan hidupnya yang berasal dari sebuah desa, di daerah terpencil Selayar, ternyata sanggup mendesign jalan hidup untuk selalu dekat dengan masyarakat, khususnya masyarakat lemah. Mappinawang, memang menjalani masa kecil hingga menamatkan pendidikan tingkat dasar, di Batangmata Sapo, Kabupaten Kepulauan Selayar. Nilai-nilai agama Islam yang tertanam kuat dalam keluarganya, menggiring dia melanjutkan pendidikan menengah di Pesantren IMMIM, sebuah pesantren modern papan atas di Sulawesi. Kehidupan pesantren tersebut sepertinya yang mencetak jiwa seorang Mappinawang penuh dengan unsur idealisme. Dan idealisme yang kuat itu, tidak pernah lekang oleh berbagai iming-iming dunia, hingga hari ini.

Selepas menjalani penggemblengan selama 6 tahun di pesantren IMMIM, Mappinawang melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Jurusan yang dipilih, seakan sejalan dengan minatnya untuk selalu dekat dengan orang-orang tergerogoti haknya.

Setelah gelar Sarjana Hukum sudah di tangan, Mappinawang masih sibuk mengikuti berbagai pelatihan maupun conference baik di dalam, maupun di luar negeri. Hal ini dilakoni untuk memperkokoh ruang berpijak dalam menjalankan kegiatan sebagai praktisi hukum yang banyak berhubungan dengan HAM, dan hukum yang berhubungan dengannya. Intinya, kembali lagi kepada "semua demi membela rakyat kecil, terpinggirkan".

Seperti sudah sedikit diungkin sebelumnya, selama ini Mappinawang banyak aktif di Yayasan Lembaga bantuan Hukum Indonesia. Bahkan sejak tahun 1993 hingga 2003, dia dipercaya menjadi Direktur Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Makassar. Bahkan tahun 2002, Mappinawang menjadi salah seorang caretaker Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia(YLBHI).

Lewat LBH, sudah tidak terhitung masyarakat lemah yang beliau bela hak-haknya. Di Makassar sendiri, maupun dari berbagai pelosok daerah di Sulawesi Selatan, seperti kasus pembebasan tanah parawisata di Bira, Perkebunan tebu di Bone, Pasar Sentral di Makassar, dan masih banyak lagi yang lainnya. "Kami hanya mendampingi, dan sekaligus memberdayakan mereka, lalu merekalah yang jalan sendiri membela hak mereka sendiri", ungkapnya merendah.

Berbagai organisasi telah menjadi kendaraan beliau untuk menjalankan misi-misi sosialnya. Bahkan Anti Corruption Committee(ACC), nama Mappinawang terpampang sebagai salah seorang pendirinya. Institusi ini, masih aktif hingga saat sekarang ini.

Mappinawang, mulai "dekat" dengan hal-hal yang berurusan dengan pemilihan umum sejak tahun 2000. Tahun itu, dia diangkat menjadi salah seorang Dewan Pakar Komite Pemantau Legislatif(KOPEL) Sulawesi, sampai sekarang.

Sejak tahun 2003, bapak dari seorang putra dan seorang putri ini menjadi anggota di Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Sulawesi Selatan. Saat diadakan pemilihan Gubernur langsung di Sulawesi Selatan, Mappinawang menjabat sebagai ketua KPUD Sulawesi Selatan. Sepak terjangnya membela yang benar, khususnya rakyat kecil, berikut resiko-resikonya, membuatnya kebal terhadap "ketakutan" akan intimidasi, terutama panasnya gejolak pemilihan gubernur Sulawesi Selatan itu. Kursi panas di KPUD, tidak sampai dirasakan olehnya.

"Kami kan hanya menjalankan", jawabnya singkat saat kami menanyakan apa dia tidak merasa takut dengan panas-nya pilgub tersebut. "Hal yang berat sesungguhnya adalah bagaimana susahnya berkonsolidasi dengan anggota di lapangan, terutama di kabupaten-kabupaten", imbuhnya. "Ada 120 ribuan penyelenggara di lapangan, dan kita harus bisa memproteksi teman-teman tersebut", lanjutnya. "Intimidasi, apapun bentuknya, pasti saja akan ada. Tapi saya sudah terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu", dia bercerita secara enteng, tanpa beban apa-apa.

Kegiatan Mappinawang selepas dari keanggotaan KPUD adalah kembali kepada bidang dasarnya, advokasi hukum. Tatkala kami diterima di rumahnya, dia sedang memberikan konsultasi hukum kepada KPUD sebuah daerah yang juga digugat oleh salah satu peserta pilkada. Hal itu yang membuat Mappinawang, harus mondar mandir Jakarta Makassar.

Salah satu yang hal yang paling berkesan dalam segala kegiatannya selama ini, tidak keluar dari perasaan kepuasan seorang profesional dalam menjalankan profesi yang dilakoni. "Masyarakat terpinggirkan bisa kembali mendapatkan sesuatu yang memang hak mereka, setelah kami dampingi, memberikan rasa kepuasan tersendiri. Itulah yang sangat berkesan", jawabnya bersemangat disertai senyuman khasnya.

Sebagai sesama orang Selayar, kami tidak melewatkan bertukar pikiran sedikit mengenai Selayar. Mappinawang sedikit demi sedikit mulai melontarkan pandangan-pandangannya. Dia pun mengakui bahwa Selayar punya potensi yang sangat besar, bahkan dibandingkan dengan mayoritas daerah lain di Sulawesi Selatan. Namun anehnya, Selayar termasuk daerah paling tertinggal. Berikut beberapa petikan tanya jawab yang kami sempat rekam.

Selayar Dotcom(S): Bagaimana Bpk Mappinawang melihat tentang Selayar?
Mappinawang(M): Selayar itu punya potensi yang sangat besar
S: Apa-apa saja itu, bisa dijelaskan?
M: Banyak. Sebut saja kopra, dari dulu Selayar terkenal akan kopranya. Para orangtua kita dulu bisa menyekolahkan anak karena ada kelapa, diolah menjadi kopra. Itulah sumber pemasukan uang utama mereka. Di Selayar juga ada jeruk Selayar yang terkenal itu. Namun makin hari makin tertelan oleh zaman, menghilang dari peredaran. Demikian juga potensi-potensi lautnya, tiada terhingga
S: Sekarang juga masih banyak kelapa misalnya, tapi para petani sudah tidak bsia menyekolahkan anaknya
M: Karena caa-cara yang dulu tetap dipakai, padahal dunia sudah semakin maju. Intinya, SDM yang mengelolah sumber daya tersebut tidak bisa dioptimalkan.
S: Jadi kita harusnya mencetak ahli-ahli di bidang itu?
M: Bukan orang-orang terampil baru maksudnya. Yang sekarang saja diberdayakan. Optimalkan SDM yang mengelolah kelapa. Masyarakat memang tidak terampil, makanya terampilkan mereka.
S: Bagaimana cara menterampilkan masyarakat yang sudah punya adat turun-temurun yang sudah sangat susah diubah?
M: Mulai dari pengelolah. Memperbaiki diri, sehingga ujung-ujungnya bisa menyalurkan hal tersebut ke masyarakat. Masyarakat memang tidak bakalan pernah bisa kalau hanya disuruh. Saya secara pribadi, tidak kurang tertarik kepada segala bentuk pengembangan daerah yang tidak menyentuh masyarakat secara langsung. Misalnya, kita di Selayar itu diberi mimpi proyek minyak. Kalau saya sih, tinggalkan angan-angan itu dulu. Kembangkan potensi yang memang sudah ada di depan mata.
S: Contoh kongkritnya seperti apa misalnya?
M: Seperti potensi laut, sangat besar. Rumput laut mungkin salah satu potensi yang relatif gampang dibudidayakan. Dan masyarakat bisa ikut terlibat dan merasakan langsung. Demikian juga kelapa, jangan berkutat pada kopra. Bukankah dari akar sampai pucuknya kelapa bisa dimanfaatkan? Optimalkan potensi itu. Sabuknya, arangnya dan lain-lain, arahkan kepada jalan yang bisa mendatangkan penghasilan. Dan sekali lagi, disitu butuh SDM, kemampuan SDM harus diberdayakan.
S: Potensi parawisata juga besar
M: Saya kurang setuju dengan menitik beratkan prioritas misalnya ke arah parawisata. Gampangnya, kurang merakyat. Kurang bisa memberdayakan masyarakat secara signifikan. Masyarakat lebih banyak hanya akan jadi penonton. Kalaupun ada imbasnya cuma sedikit, tak ubahnya sekedar percikan.
S: Tapi sekali lagi keadaan Selayar memang sepertinya sedang parah. Menurut Pak Mappinawang, peluang untuk memperbaiki Selayar itu masih ada? Artinya, Selayar bisa berkembang bukan dengan hasil ngemis ke pemerintah pusat?
M: Peluang banyak, bertumpu pada pertanian dan perikanan. Yang lain-lainnya biarlah menyusul, atau biarkanlah mengalir dengan sendirinya. Dalam dua potensi tersebut, SDM yang pertama harus diberdayakan, optimalkan potensi lewat SDM yang terampil. Nilai ekonomis lain yang kurang terjamah selama ini dalam dua potensi, pertanian dan perikanan tersebut menurut saya masih banyak sekali.
Tanya jawab kami yang sedikit bernuansa kekeluargaan itu terpaksa terhenti ketika adzan Maghrib berkumandang.
Keterangan: Gambar oleh Jamz, Selayar Dotcom
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mappinawang, Berteman Dengan Rakyat Lemah

Trending Now

Iklan