MEDIA SELAYAR – Jumat pagi, 15 Agustus 2025, ruang sidang MPR/DPR–DPD RI di Jakarta menjadi saksi pidato kenegaraan pertama Presiden Prabowo Subianto setelah resmi menjabat. Dan dibalik retorika kenegaraan, tersimpan pesan yang langsung menyentuh kehidupan sehari-hari jutaan rakyat: makanan di meja, listrik yang menyala, dan negara yang aman.
Prabowo membuka pidatonya bukan dengan angka, melainkan dengan sejarah. Ia mengajak seluruh bangsa mengingat bahwa kemerdekaan tidak jatuh dari langit, melainkan hasil darah, air mata, dan tekad para pendahulu.
Dalam jeda kata-katanya, ada nada hormat untuk setiap presiden yang pernah memimpin, dari Soekarno sampai Joko Widodo.
Ini bukan sekadar formalitas, tapi sebuah pengakuan bahwa pembangunan bangsa adalah maraton panjang, bukan lomba sprint.
Dari semua program yang disebut, Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bintang utama. Dengan lonjakan anggaran menjadi Rp335 triliun, program ini tidak hanya bicara soal nasi, lauk, dan sayur di piring anak-anak sekolah. Ia adalah investasi jangka panjang memastikan generasi mendatang tumbuh sehat, pintar, dan siap bersaing.
Bagi rakyat di pelosok, termasuk di Kepulauan Selayar, ini berarti anak-anak tak lagi belajar dengan perut kosong.
Prabowo menetapkan target yang berani 100% energi terbarukan dalam 10 tahun. Jika tercapai, desa-desa terpencil akan mendapatkan listrik bersih dan murah, mengurangi ketergantungan pada BBM yang harganya tak menentu.
Langkah ini juga didukung strategi modernisasi pertahanan, memanfaatkan sumber daya langka seperti rare earth untuk industri teknologi dalam negeri.
Dengan proyeksi defisit 2,48% dari PDB dan janji nol defisit di 2027–2028, pemerintah mencoba berjalan di garis tipis tetap belanja besar untuk rakyat, tapi menjaga kesehatan fiskal.
Bagi masyarakat, angka ini mungkin terasa abstrak. Tapi dampaknya nyata: ruang fiskal yang lebih sehat berarti layanan publik lebih terjamin dan stabil.
Pemindahan jadwal sidang dari 16 ke 15 Agustus bukan sekadar teknis karena akhir pekan. Bagi Prabowo, ini adalah sinyal bahwa setiap hari, setiap jam, punya nilai untuk memutuskan arah bangsa.
Pidato kenegaraan ini tidak hanya memproyeksikan rencana pemerintah di kertas APBN. Ia menyentuh tiga hal paling mendasar bagi rakyat: makan yang cukup, listrik yang terjangkau, dan rasa aman di tanah air sendiri.
Jika janji-janji itu terwujud, maka 2026 bisa menjadi awal babak baru Indonesia, bukan hanya kuat diatas podium, tapi juga dimeja makan setiap rumah. (R).
Editor : Media Selayar.