MEDIA SELAYAR - Nelayan lokal di Kawasan Taman Nasional Takabonerate mengeluhkan maraknya aktivitas kapal Pa Gae yang tetap beroperasi di dalam kawasan konservasi meski jelas dilarang. Aktivitas kapal tersebut dinilai merugikan nelayan bagang setempat karena hasil tangkapan mereka semakin menurun drastis.
Kapal pa gae umumnya dilengkapi jaring pukat cincin dan lampu celup. Menurut nelayan, penggunaan lampu celup sangat mempengaruhi perilaku ikan sehingga menghindari bagang milik nelayan tradisional.
“Kalau ada pa gae masuk ke kawasan dan kita berdekatan, maka hancurlah kita, Pak. Ikan tidak akan mendekat ke bagang kita karena mereka pakai lampu celup. Kadang mereka lebih dari dua kapal mallampu dekat-dekat kita,” ujar Aspa, nelayan Bagang asal Jinato.
Nelayan mengaku sudah berulang kali menyampaikan masalah ini kepada pihak berwenang, namun hasilnya tidak signifikan. Setelah sempat reda beberapa hari, kapal-kapal tersebut kembali masuk dan beroperasi bebas.
“Dulu kalau ada yang masuk ditangkap, sekarang bebas lagi keluar masuk kawasan,” keluh seorang nelayan lainnya.
Mereka berharap aparat terkait turun tangan menegakkan aturan, sehingga nelayan lokal tidak hanya menjadi penonton di kampung halamannya sendiri.
Selain itu, muncul dugaan adanya praktik kongkalikong antara kapal gae dengan oknum tertentu yang memungkinkan kapal gae tetap leluasa beroperasi. Seperti bunyi akun medsos Bobi yang bertanya apakah ada main mata?"