MEDIA SELAYAR - Warga Kabupaten Kepulauan Selayar kembali dibuat resah dengan kondisi aliran listrik PLN yang tak menentu.
Pemadaman bergilir nyaris terjadi setiap hari, ditambah dengan seringnya listrik padam secara mendadak tanpa pemberitahuan.
Situasi ini bukan hanya mengganggu dan meresahkan tapi dianggap mencerminkan lemahnya komitmen PLN dalam melayani kebutuhan dasar masyarakat.
Manager PLN (Persero) ULP Selayar, Noharmin Takbi, saat dikonfirmasi Sabtu (26/7) melalui pesan hanya memberikan jawaban singkat, “Sampai ada perbaikan dan penambahan mesin sewa di PLTD Tangkala.”
Namun, saat ditanya lebih lanjut mengenai jadwal pasti perbaikan, ia justru mengarahkan agar menghubungi langsung pengelola PLTD Tangkala karena bukan di bawah kendali PLN Selayar.
Pernyataan ini justru menimbulkan tanda tanya dan menilai PLN terkesan lepas tangan dan tidak memberikan kepastian.
“Kalau mesinnya rusak, harusnya jauh hari sudah diantisipasi. Jangan masyarakat terus rugi dan menderita karena tidak ada lampu,” ujar Rabianti salah seorang pelaku usaha kuliner di Benteng.
Setiap kali jadwal pemadaman bergilir diumumkan, PLN Selayar rutin menyertakan permintaan maaf. Namun untuk pemadaman mendadak, warga tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Permintaan maaf tidak akan menghidupkan kembali mesin kami yang rusak atau bahan yang basi karena padam mendadak,” keluh warga lainnya.
Masalah kelistrikan ini bukan barang baru di Selayar. Sejumlah pemerhati menilai kondisi ini sudah menjadi persoalan klasik dan menghambat banyak program strategis pemerintah, mulai dari pariwisata, layanan kesehatan, perikanan hingga pendidikan.
Tak hanya dipusat kota, kondisi kelistrikan di wilayah kepulauan pun jauh dari kata layak. Padahal, listrik adalah kebutuhan dasar yang seharusnya dijamin negara.
Pertanyaannya kini: Sampai kapan PLN akan membiarkan Selayar terus berada dalam ketidakpastian energi? Dan dimana tanggung jawab pengambil kebijakan rakyat terkait kondisi kebutuhan listrik di Selayar yang tak kunjung sembuh seperti penyakit menahun" (*).
