Iklan

Preman" Bupati Takalar Intimidasi Wartawan

Media Selayar
Kamis, 27 Mei 2010 | 06:30 WIB Last Updated 2020-05-06T09:23:39Z

KORBAN KEKERASAN. Wartawan Harian Fajar, Amrullah Basri melapor ke Polda Sulsel, Selasa 25 Mei. Selain diseret, Amrullah juga diintimidasi oleh "preman" Bupati Takalar, Ibrahim Rewa. (FOTO JUMAIN/FAJAR)

MAKASSAR -- Tindakan kekerasan terhadap jurnalis kembali terjadi. Kali ini menimpa wartawan Harian Fajar, Amrullah Basri yang bertugas di Kabupaten Takalar. Amrullah diancam oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja bernama Tawang. Sebelum menjadi anggota Satpol PP, Tawang disebut-sebut sebagai preman Bupati Takalar, Ibrahim Rewa.

Adapun kronologis kejadian, Tawang yang bertugas di kantor Bupati Takalar, menarik paksa Amrullah saat tengah mewawancarai Ketua Komisi III DPRD Takalar, Mukhtar Maluddin, Selasa, 25 Mei pukul 12.00. Saat itu, pelaku memaksa Amrullah ikut dengannya meninggalkan gedung DPRD Takalar.

Menurut Amrullah, hal itu dilakukan Tawang atas perintah putra Bupati Takalar yang juga anggota DPRD setempat, Natsir Ibrahim yang akrab disapa Nojeng. Kebetulan, Tawang juga merupakan sopir pribadi Nojeng. Sebelum ditarik paksa saat wawancara, Nojeng sempat melihat Amrullah. 

"Ketika melihat saya, Nojeng lalu menelepon dua kali. Pertama memanggil Tawang datang ke gedung DPRD Takalar sembari menyatakan kalau saya ada meliput di DPRD. Setelah itu menelepon lagi seseorang bernama Nyau dengan perintah yang sama untuk mendatangi saya," ungkap Amrullah. 

Setelah menelepon, lanjut Amrullah, Nojeng kemudian bertanya dimana tempat tinggal Amrullah. Tak lama berselang, Tawang datang dan langsung menghampiri Amrullah atas arahan Nojeng yang juga Ketua Partai Golkar Takalar. Pelaku kemudian menarik paksa tangan amrul untuk ke luar dari halaman gedung DPRD. Namun, Amrullah berontak dan berpegangan pada besi tangga DPRD Takalar hingga terjatuh ke tanah. 

Kemudian pelaku memegangi kerah baju Amrullah. Saat itulah, anggota dewan dan staf DPRD ke luar ruangan sehingga pelaku menghentikan aksinya lalu meninggalkan Amrullah. 

"Saya sempat bertanya kepada pelaku ada masalah apa?. Lalu Nojeng mengatakan pada saya kenapa masih memuat berita tentang selebaran kekayaan Bupati Takalar yang diduga hasil korupsi dan fee proyek yang mengalir ke anak-anaknya," ucap Amrul meniru pernyataan Nojeng. 

Setelah kejadian itu, Amrul lalu ke kantin DPRD Takalar. Di tempat ini, Tawang kembali mendatanginya dan memberi ancaman. Pelaku berujar "Kejadian ini jangan diberitakan. Saya tidak takut. Kalau masih mau hidup, jangan dibesar-besarkan". Ancaman tersebut membuat Amrul tidak menerima baik karena sudah membelenggu kebebasan pers.

Usai mengancam, Tawang lalu meninggalkan Amrul. Tetapi kemudian, muncul lagi seorang pria yang diduga suruhan putra Bupati Takalar bernama Daeng Nyau. Dia lalu meminta Amrul agar menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. 

"Dia meminta saya supaya insiden tersebut dan pemberitaan tentang bupati tidak dibesar-besarkan lagi. Kemudian mengatakan pada saya, kalau memang buntu dia akan memakai cara lain," beber Amrul.
Aksi intimiidasi ini kemudian dilaporkan Amrul ke Polda Sulsel, Selasa kemarin pukul 18.00 Wita.
Saat melapor, Amrul didampingi Penasihat Hukum PT Media Fajar, Ridwan Jhony Silamma, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Fajar, Muhammad Yusuf AR, Koordinator Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi, Upi Asmaradana, serta 10 orang wartawan media cetak dan elektronik.
Laporan Amrul diterima perwira piket Polda Sulsel, Komisaris Polisi Muhammad Natsir. 

Menurut Upi Asmaradana, pelaku telah melanggar UU Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999. "Ini sebuah bentuk kekerasan terhadap wartawan. Pelakunya harus ditahan," tegas Upi. 

Upi berharap kasus seperti ini tidak terulang lagi karena mengganggu aktivitas peliputan. Hal serupa diutarakan Ridwan J Silamma. Dikatakan, perbuatan pelaku telah membelenggu kebebasan pers dan sangat berbahaya ke depannya jika dibiarkan. Kecaman atas kejadian ini juga datang dari Ketua AJI, Mardiana Rusli, Ketua IJTI Husain Abdullah, dan pengurus PJI Jumadi Mappanganro. 

Bupati Takalar, Ibrahim Rewa yang ingin dikonfirmasi belum berhasil. Dua nomor ponselnya yang dihubungi berkali-kali malam tadi dalam posisi tidak aktif. Namun, putra Bupati Takalar, Natsir Ibrahim alias Nojeng, mengaku tidak pernah memerintahkan preman berbuat kasar terhadap Amrullah. Dia mengaku hanya ingin bicara baik-baik terkait pemberitaan tentang ayahnya. 

"Saya hanya ingin menanyakan pada Amrul, kenapa selalu memberitakan yang menyudutkan. Tapi, sama sekali tidak ada perintah untuk berbuat kasar. Masak itu saya mau lakukan di gedung DPRD," elak Nojeng, malam tadi. 

Nojeng juga membantah jika ada preman yang mendatangi Amrul, melainkan seorang PNS. Nojeng pun meminta untuk difasilitasi dipertemukan dengan Amrul guna membicarakan persoalan ini.
"Sebagai kakak hanya ingin bertanya pada adiknya. Tidak ada maksud lain," kilahnya. (ram)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Preman" Bupati Takalar Intimidasi Wartawan

Trending Now

Iklan