Iklan

Abu-Abu Proyek IT

Media Selayar
Jumat, 21 April 2017 | 10:22 WIB Last Updated 2020-05-05T04:34:25Z
Penerapan IT(baca: Teknologi Informasi) di segala sektor, baik swasta maupun instansi pemerintah sudah merupakan sebuah keniscayaan. Tiada orang yang bisa mengelak dari "kebutuhan" ini, kecuali mereka-mereka yang bermaksud stagnan di tempat, tidak merindukan sebuah kemajuan yang berarti. IT memang sudah memaksakan diri masuk ke segala sudut kehidupan keseharian kita.

Sehingga untuk minimal sekedar bisa tidak ketinggalan, kita tidak bisa lagi mengelak dan mengatakan "tidak" terhadap barang yang satu ini. Pada sebagian orang, tanpa memanfaatkan IT dalam kehidupan sehari-hari, serasa tidak bisa berbuat apa-apa.

Bak seekor burung yang bulunya sudah terlanjur habis dicabuti. Demikianlah IT, siapapun tidak ada yang tidak membutuhkannya, sadar atau tidak.

IT Berbiaya Mahal?

IT identik dengan teknologi yang cukup mahal. Pengalaman kami dalam menangani proyek IT di luar negeri bisa menjadi bayangan. Sebuah pekerjaan IT khusus pengembangan perangkat lunak yang dikerjakan oleh satu orang dalam jangka waktu 1 bulan penuh rata-rata "dihargai" lebih dari 75 juta-an rupiah. Ini masih dari segi biaya SDM pengembangannya.

Belum lagi perangkat lunaknya yang memang relatif mahal. Dan memang penerapan IT bukanlah sebuah investasi jangka pendek, mengingat ketinggian biayanya. Namun bila sudut pandang kita jauh ke masa depan, efektifitas yang dihasilkannya bisa jadi justru terasa sangat murah.

Namun tingkat kemahalan sebuah investasi di bidang IT sebetulnya masih terlalu sangat relatif. Bila kita mengambil contoh investasi-investasi di Bidang IT oleh instansi pemerintah, justru penyebab tingginya biaya bukan murni disebabkan oleh teknologi tersebut yang memang mahal, melainkan kebanyakan disebabkan karena penggelembungan biaya.

Kami bahkan pernah menggeleng-gelengkan kepala mendengar sebuah proyek pemerintah dalam bidang penerapan IT, yang biayanya betul-betul sangat mahal. Biaya itu bisa puluhan kali dibanding proyek yang sama di negera maju, yang notabene biaya SDM-nya jauh lebih mahal.

Di samping itu, juga banyak ditemukan investasi IT yang tidak pada tempatnya, yang sebetulnya tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan. Jadinya investasi itu sendiri akan terasa mahal. Karena memang tingkat kebutuhannya tidak terlalu urgent.

Kalau dianalisa lebih dalam tentang penyebab "kemahalan" penerapan IT seperti tersebut di atas, sebetulnya berakar pada ketidaktahuan para pejabat penentu kebijakan tersebut. Atau karena penyakit lama kita yang anggaran bisa keluar bila sama-sama saling ada pengertian antara penyelenggara dengan penentu kebijakan proyek. Enak di kamu dan enak di saya, terlepas sejauh mana tingkat efektifitas dan urgensi sebuah obyek investasi.

Biaya Jaringan Internet di DPR

Hari-hari terakhir ini instansi tempat berkumpulnya para wakil rakyat juga dilanda issue miring seputar investasi jaringan koneksi internet. Ternyata kita sebagai rakyat sepertinya bukannya hanya diwakili menyuarakan suara kepedihan kepada lembaga eksekutif. Ada lagi oknum yang justru kelihatan menghianati amanat yang kita embangkan kepadanya.

Perangkat keras untuk fasilitas koneksi internet ini konon sampai berbiaya 2 Miliar, sebuah angka yang sangat fantastis. Kami sebagai orang yang bergelut di bidang yang sama, tidak habis fikir perangkat keras apa saja yang menyerap anggaran setinggi itu.Demikian juga beredar informasi bahwa biaya koneksi jaringan yang berkapasitas 5MB menghabiskan anggaran 200jt perbulannya.

Sebagai contoh bahwa harga resmi akses bandwith Telkom di Yogyakarta seperti dilangsir harian kompas edisi 21 oktober 2006, sebesar 1MB sekitar Rp 25 juta. Dan seperti dituturkan Roy Suryo, seorang pakar IT, tentu kalau 5MB akan mendapat diskon besar, jadi tidak semata-mata harganya lima kali lipat. Belum lagi harga di Jakarta tentu jauh lebih murah, apalagi untuk DPR.Menurut informasi yang beredar, bahwa akses jaringan internet yang digunakan di DPR sendiri langsung via satelit(VSAT) ke Hongkong.

Sementara berlangganan VSAT jauh lebih murah karena tanpa pungutan pajak resmi. Tarif berlangganan VSAT ke Hongkong berkisar 1.000 sampai 1.500 dollar AS per MB. Artinya dengan berlangganan bandwith sebesar 5MB, paling mahal 7.500 dollar AS. Ini pembiayaan yang berkelanjutan perbulannya.

Project IT Pemkab Selayar

Beberapa tahun yang lalu, di Selayar juga santer berita proyek IT ber-label E-Goverment. Berita yang beredar, bahwa proyek tersebut berbiaya miliar-an. Dan konon proyeknya sendiri sudah berjalan, tapi sampai sekarang tidak kedengaran output nyata yang dihasilkannya. Progress proyeknya sendiri sampai ke tahap final atau tidakpun tidak jelas.

Sementara biaya yang diserap konon sudah tidak tergolong sedikit.Selayar sebetulnya sudah sedikit melangkah lebih maju, karena sudah mempunyai website www.selayar.go.id. Namun beberapa bulan terakhir ini, alamat itu tidak bisa diakses.

Sudah bisa dibayangkan, investasi ke situ sudah pasti tidak tergolong kecil, kalau berkaca pada hal sejenis oleh instansi pemerintah. Akhirnya sia-sia, tidak terpergunakan sebagaimana mestinya. Padahal sebetulnya biaya maintenance-nya untuk fasilitas seperti itu tidaklah seberapa. Buktinya, kami secara pribadi yang dari segi ekonomi tidak termasuk berlebih, bisa menangani www.selayar.com.

Padahal domain go.id sampai detik ini belum membutuhkan biaya tahunan sebagai mana domain international seperti .com.Jadi pada dasarnya proyek IT oleh instansi pemerintah sebetulnya tidak terfokus hanya pada biaya dasar teknologi itu sendiri yang mahal, namun justru lebih kepada penyakit lama proyek-proyek instansi pemerintah. Artinya, seperti iklan sebuah produk rokok, "Tanya ken apa?"(AF, Jakarta 23 Oktober2006)

BACA JUGA : BPJS Lakukan Rekonsiliasi Iuran Wajib PNS Pemkab Selayar

MEDIA SELAYAR WHILE IMPROVEMENT AND REINFORCEMENT OF OLD ARTICLES TO SOME FUTURE TIME. PLEASE SORRY TO THIS INTERFERENCE.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Abu-Abu Proyek IT

Trending Now

Iklan