Iklan

Terbentur Alasan Klasik Menelusuri Perempuan Pekerja Malam di Jl Nusantara

Media Selayar
Minggu, 04 Desember 2011 | 00:40 WIB Last Updated 2020-05-07T06:50:39Z
Laporan: HAFSAH MAHARANI S
ranie_pr @ yahoo.co.id

Sebagai kota yang mengarah keMetropolis, Makassar mulai menampakkan kesibukan hampir 24 jam. Ya, itulah Makassar menuju Kota Metropolitan. Di saat sebagian warga tertidur pulas karena lelah bekerja seharian, masih ada orang yang mengais rejeki di keremangan malam. Diantara para pengais rezeki tengah malam itu adalah para pramunikmat yang biasa nongkrong di sepanjang Jalan Nusantara.

Selain itu, juga dapat ditemui di cafe dan Tempat Hiburan Malam (THM) di Kota ini, dengan memaksakan diri berdadan modis serta balutan pakaian yang seronok serba seksi berusaha menarik nafsu para pria pemburu nikmat. Mereka berasal dari berbagai daerah dan usia. Tak terkecuali yang masih berusia belasan atau yang biasa dikenal dengan kata ABG alias anak yang baru gede.

Kehadiran para pekerja seks komersil (PSK) ABG ini seakan mewarnai kehidupan malam Kota Makassar. Tidak sulit menjumpai mereka. Mereka akan selalu ada di jalan-jalan tertentu yang sudah akrab dengan kehidupan esek-eseknya. Para PSK ABG ini harus bertarung di tengah kehidupan malam yang penuh maksiat dan kemunafikan.

Seperti pemandangan yang terlihat di sepanjang Jl Nusantara sekitar pukul 11.00 Wita saat kami berkunjung ke tempat tersebut, Sabtu (15/5) malam. Lambaian dan rayuan mereka pun tak kalah "garang" dengan para seniornya. Bahkan soal tarif untuk meniduri tubuh mereka juga cukup bersaing. Seperti yang diakui Amelia (17), gadis manis yang bertubuh montok yang dijumpai sedang menanti pelanggangnya.

Suasana saat itu sebenarnya kurang kondusif, tetapi berkat bantuan seorang rekan saya berusaha untuk mengakrabkan diri. Alhasil, penulispun bisa membuat Amelia bercerita panjang seputar kehidupan pribadinya. Dengan polosnya, gadis berkulit putih bersih ini bertutur kalau sebelum dibuking mereka harus bertransaksi tarif dulu.

Tak jarang di antara mereka malah kerap terjadi perang tarif. Untuk sekali check in para ABG ini berani pasang tarif hingga Rp250 ribu hingga Rp500 ribu per malamnya. Dengan berbagai alasan para ABG ini terjun ke dunia esek-esek tepian jalan.

Dari mulai kecewa dengan pacar, kehilangan perawanan, butuh biaya untuk hidup, membantu orang tua, biaya sekolah ataupun untuk mengobati orangtuanya yang sakit. Alasan itu kerap dilontarkan mereka, ya alasan klasik. Tapi yang jelas semuanya bermuara pada satu benda yakni uang.

" Sebenarnya saya ngak ada niat dan terpikir bisa jadi seperti ini. Awalnya sih cuma ikut sama teman kerja di salon, tetapi ternyata salon tempat saya kerja itu juga beroperasi pijat plus. Atas tawaran seorang teman yang bekerja di Nusantara saya pun kemudian meninggalkan salon dan berkerja di salah satu diskotik dI Jalan Nusantara ini dan hasilnya pun cukup memuaskan," paparnya.

Lanjut Amelia, yang mengaku baru 2 tahun terjun ke dunia nista ini. Hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMK di Kabupaten Bone. Gadis berambut sebahu dan berwajah manis itu, tadinya berkeinginan untuk meneruskan sekolah di Makassar ikut dengan familinya.

Tetapi, justru ia malah harus terjerusmus ke dunia nista karena keluarga yang didatanginya juga tidak punya biaya. Kendati demikian Amelia mengaku tetap akan melanjutkan cita-citanya untuk bisa berkerja di Perbankan.

Cukup lama kami bercerita hingga jarum di ponsel menunjukkan pukul 12.45, sebelum pamit penulis sempat bertanya mengenai tempat tinggal dan nomer telepon seluler gadis yang berwajah manis ini.

Akan tetapi, Amelia lebih memilih bungkam seolah tidak mau diketahui keberadaannya. Pasalnya, kisah suram kehidupannya biarlah menjadi rahasia, karena ia juga tidak akan melakoni terus pekerjaan ini dan akan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda.

" Pekerjaan ini hanyalah sementara saya lakukan untuk mengumpulkan uang, karena saya tetap ingin melanjutkan sekolah dan bisa bekerja di Bank yang selama ini menjadi saya impikan," tandas Amelia tetap optimis akan bisa meraih cita-citanya demi membahagiakan kedua orang tuannya.

Lain halnya dengan Anita, ibu rumah tangga yang juga selalu dianggap sebagian tetangganya sebagai seorang perempuan hina karena harus terpaksa bekerja sebagai Wanita Tuna Susila (WTS) alias wanita panggilan untuk memuaskan nafsu pria hidung belang.

Seperti yang dituturkan Anita saat ditemui sedang menanti pelanggannya, menjadi WTS bukanlah kehendak hatinya. Perempuan asal pulau Jawa ini mengaku awalnya terjebak karena untuk membiayai kuliahnya.

" Agar kuliah saya tidak putus ditengah jalan, maka saya pun harus terjun ke tempat ini menjadi wanita pemuas nafsu lelaki hidung belang untuk tetap bisa mendaptkan uang untuk bisa membayar uang kuliah," terang Nita.

Awal terjun ke tempat prostitusi itu diakui Nita sapaan akrab wanita yang saat ini masih berusaha menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan swasta di Makassar. Menjual kehormatan merupakan suatu keterpaksaan dilakukan. " Mencari kerja di kota besar seperti ini memang sangat sudah, apalagi saya seorang pendatang mbak.

Hanya Rp1,5 juta yang dirimkan orang tua, sudah habis untuk uang kuliah, bayar kost dan makan sehari-hari, tinggal Rp50 ribu saja didompet. Karena bingung dan ada teman yang datang tawarin pekerjaan ini, maka sayapun tidak menyiakan ajakan teman yang saat itu memang menjadi solusi kondisi yang saya alami," tukas Nita yang mengaku bisa dalam satu malam saat ramai mendapatkan sampai Rp2-3 juta.

Nada suara Nita kembali merendah, kemudian melanjutkan ceritanya, kalau dalam semua yang ia lakukan semata-mata untuk kelanjutan kuliahnya dan bisa membahagiakan keluarganya. Walau pun masih kuliah, dari hasil kerjanya sebagai pramunikmat, Nita bisa mengirimkan uang untuk biaya sekolah adiknya di Surabaya.

Ditengah percakapan bersama Nita, seorang perempuan paruh baya pun keluar dari pintu sebuah ruangan, menurut Nita dia adalah tangan kanan sang mami. Walau sedikit ragu, penulis pun berusaha untuk menyapa wanita tersebut. Ternyata, wanita itu tak kalah ramah dengan Nita dan PKS lainnya.

Menurutnya, para pengunjung yang berkunjung ke diskotiknya bebas langsung memilih wanita yang mereka sukai. Selain bisa langsung bernego dengan PSKnya, pihak diskotik juga bisa menyiapkan gadis special dengan harga yang cukup fantastis.

" Gadis special ini tentu saja selain masih belasan tahun, juga dijamin memberikan kepuasan bagi pelanggan. Tarifnya tentu saja beda dengan yang bisa langsung ditemui di depan diskotik. Bahkan, untuk sekali buking mereka bisa dibayar orang yang berkelas sampai Rp750 ribu untuk memberikan service 1-2 jam.

Karena mereka memang gadis pilihan mengutamakan perawatan tubuhnya untuk selalu bisa memuaskan setiap pelanggan yang mengordernya," tandan wanita tangan kanan mami yang enggan menyebutkan identitasnya. (mg05)

Bila terdapat kekeliruan dalam penulisan silahkan Kontak Redaksi kami Untuk Klarifikasi
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Terbentur Alasan Klasik Menelusuri Perempuan Pekerja Malam di Jl Nusantara

Trending Now

Iklan